Friday, December 26, 2008

Mengejar Jiwa Yang Hilang

Ditulis di Blog dulu Cerita Cinta Indah
SUNDAY, SEPTEMBER 30, 2007

Mata Kosong itu nampak Indah di mata orang awam.


Tapi Syakir tau mata indah milik sang Dewi itu adalah lambang kenestapaan negri nya
yang tidak pernah sepi dari penderitaan.

Wanita cantik itu seperti sebuah tubuh tanpa jiwa.

Walaupun lelaki menyukai tubuh itu.

Tapi dinginnya rona muka, dan hilangnya jiwa, membuat semua lelaki seperti melihat hantu berjalan tanpa arah.

Letupan letupan cinta itu seperti kenangan yang menyakitkan jiwa Syakir.

Kami pun terpaksa menarik syakir dari lamunannya.

Dan membiarkan hantu wanita itu kembali menelusuri dunia rahasia kewanitaan yang tidak
pernah bisa dimengerti para Lelaki.


Ditepian Ombak Revolusi

Puisi puisi dan tulisan syakir adalah api api semangat perjuangan kami.

Syakir yang dikenal sebagai lelaki gila tanpa tujuan bagi orang lain.
Bagi kami dia adalah Stalin dari ideologi kami.
Bagi kami ia adalah seperti Chev Guedevara.

Kami tahu, kepala dia merupakan laboratorium Revolusi terbesar abad ini.
Walau tidak terpublish.
Tapi suatu saat pikiran beliau pasti akan meledakkan dan menggemparkan semua anak negri.

Awalnya adalah kehampaan bila bertemu Syakir.
Tidak ada yang menarik dari sang pemuda setengah baya ini.

Tapi ketika mulai berbicara tentang negara dan public policy.
Kami seperti bertemu dengan sebuah Kotak Pandora yang meledak ledak.

Kadang dia berbicara seperti Ayatullah Khomeinei yang sedang memaksakan dogma dogma wilaayah el Faqqih.

Kadang dia berbicara seperti seorang penganut konfucius tanpa agama.

Lingkup pandangannya yang luas.
Membuat mustahil bagi kami untuk tertidur ketika berdiskusi dengannya.

Kadang dia berbicara tentang demokrasi.
Dilain kesempatan dia tergila gila dengan system Tyrani.

Seolah sebuah lautan yang tidak pernah berenti bereksperimen.
Ombak fikirannya selalu berubah ubah.

Tetapi setiap gelombang membawa warna keindahan tersendiri.
Bak keindahan pinggul wanita yang mirip Gitar Spanyol.

Hah ha ha haa begitu kami selalu mengakhiri diskusi kami dengan kegilaan kegilaan.
Keputus asaan membuat kami sama sama gila.

Seolah sudah tidak harapan buat pertiwi yang berlubang.
Bagai perawan yang diterkam sejuta serigala.


Buang Agama itu

Dia memang gila kata nasir sahabatku.
Pernah Nasir melihat syakir menarik narik jenggot seorang aktivis mesjid.

Sambil berkata buang agama!
Buang agama.
Kita tidak perlu lagi beragama.

Seolang seorang Marxis yang benci sekali dengan Islam.
Dia sangat membenci beberapa aktivis masjid yang menjalankan aktifitas keislaman.

Kami maklum, Syakir memang saakit.
Saakit yang teramat parah.

Renungannya yang bertahun.
Kecintaannya yang berlebihan pada bangsanya.
Membuat dia gila.

Tapi disitulah pesona dia.
Dia seorang Gila yang berfikir hebat.

Kalau ditanya kenapa agama mesti dibuang.
Dia akan menjelaskan bahwa semua agama mereka itu hanya sandiwara.
Bagaimana mungkin ajaran Tuhan menjadikan kita kumpulan penipu dan pemain sandiwara.

Ha ha haa, Syakir memang gila.
Heeit tunggu dulu kata Nasir.
Bukankah Tuhan bilang kalau agama dipakai.
Semua Nestapa hilang.

Yaa Syakir benar.
Sandiwara sandiwara itu yang membawa nestapa negri.
Gerombolang Jahat Pemuka agama dan Kaum Kapitalis lah pemain sandiwara itu.
Ayat ayat itu tak lebih puisi puisi palsu yang keluar dari jiwa jiwa yang bernanah.

Garbage in Garbage Out.

Puih Puih Puih.
Syakir meludah didepan masjid itu.
Sambil berteriak "Kalian tidak lebih dari penipu penipu berdasi itu"

Lalu dia berdansa asik dengan sang dewi.
Wanita lamunannya yang tidak pernah ada.


Memperbaiki Jiwa yang Pecah

Seperti wanita lamunannya yang tidak pernah ada.
Sebenarnya Jiwa syakir sudah hilang.
Lama sekali jiwa itu hilang.

Ketika abang Fadhulah meninggal dipelukannya.
Jiwa itu mulai sakit dan menderita.

Ketika dia melihat Hedonisme di Universitas Kecintaanya.
Jiwa nya tak kuat.
Dia pecah.

Jiwa asli Syakir sudah habis tersembunyi masuk ke alam bawah sadar yang jauh jauh sekali.
Tidak pernah keluar dari persembunyian.

Mungkin dia adalah lelaki paling berani.
Atau dia adalah pecundang sejati.

Pernah kami membawanya ke seoarang wanita cantik yang bisa menggoda seorang lelaki impotent sekalipun.

Namun syakir tidak bergeming.

Entah apa yang dia cari.
Tapi Abang Usman seorang psikolog mengatakan bahwa syakir mencari dirinya yang hilang ditelan penderitaan negrinya.

Syakir adalah lambang anak negri yang kehilang arah.
Ketika semua pejuang telah berubah menjadi penghianat.
Syakir membutuhkan kawan perjuangan.
Kalianlah yang dicari Syakir.

Jiwa syakir adalah jiwa syakit karena terlalu banyak dosa.
Jiwa yang tidak pernah mengenal Tuhannya.
Walau sang Tuhan dekat dan cinta pada Syakir.
Namun Syakir sudah buta.
Tidak mampu melihat lagi kasih Tuhan.

Dada yang meledak dan Mata yang menangis.

"Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan oleh Tuhan sebuah kitab yang bernama Al Qur'an ....."
Bacaan abang usman yang selalu di ulang ulang syakir.

Kalau dia habis membaca bait itu.
Dia mau kembali sembahyang.
Aku lihat syakir menangis.

Baru pernah aku melihat orang sembahyang sunah 100 rokaat.
Syakir memang gila.

Ramadhan kali ini kami mengajak syakir mendengar Imam Reza di mesjid India.
Aku memang suka mengunjungi mesjid mesjid India
Karena aku memang pengagum Imam Reza.
Bacaanya yang jelas dan jernih.
Kadang membuat kita lupa akan kelelahan jasmani kita.
Dan melayang ke alam malaakut.

Ketika sang Imam membaca surah At Tahrim.
Syakir pun meledak.
Dadanya bergemuruh.
Dia meraung dan meradang.
Kami pun hampir kalap.
Abang Usman menyuruh kami jangan bertindak.
Mungkin obat Tuhan lebih berjalan di Badan Syakir.
Dari semua obat manusia.


Gelombang tangis syakir membuat kami ngeri.
Syakir bertemu Tuhan setiap dia sholat.

Dan kami pun lebih mudah mengajak dia bercerita tentang fikirannya yang Indah.

Fikiran fikiran indah

Dan kalau bukan Tuhan penyebabnya.
Syakir pasti tidak gila, itu kata abang Usman.

Tuhan memberi dia otak berlebih dan daya khayal luar biasa.

No comments:

Post a Comment